Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik
Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik - Hallo sahabat sacerdoteamigo, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel catatan penelitian,
Artikel padi organik, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik
link : Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik
Anda sekarang membaca artikel Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik dengan alamat link https://sacerdoteamigo.blogspot.com/1989/06/pendahuluan-analisis-perbandingan.html
Judul : Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik
link : Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik
Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai iklim tropis yang cocok untuk acara pertanian serta didukung dengan lahan yang luas dan subur. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Pertanian merupakan salah satu pendorong terbesar pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pertanian juga dipakai untuk pemenuhan kebutuhan penduduk, terutama untuk kebutuhan pangan ibarat padi.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang berperan sebagai lumbung padi nasional. Komoditas padi ini diupayakan peningkatan produksi dan produktivitasnya oleh pemerintah kawasan Jawa Barat. Peningkatan yang dicapai selama ini diperoleh melalui penanaman varietas-varietas padi gres dan dengan memakai teknik bercocok tanam yang telah disempurnakan. Tetapi teknologi yang dilaksanakan pada umumnya masih bertumpu pada penggunaan pupuk kimia (anorganik) dan penggunaan pestisida kimia yang telah meninggalkan aspek kelestarian lingkungan (Plosorejo, 2009).
Pertanian organik merupakan jawaban untuk menciptakan petani menjadi mandiri. Pertanian organik didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan (Anonymous dalam Widodo, 2008). Pertanian organik dalam pengelolaannya tidak memakai pupuk dan pestisida terbuat dari materi kimia, melainkan dengan memakai materi organik. Pupuk organik sanggup dibentuk sendiri oleh petani dengan biaya yang rendah. Begitu pula dengan sarana produksi.
Kemampuan petani padi dalam mengelola usahataninya, pada ketika ini cenderung semakin menurun, jawaban dari dampak krisis ekonomi yang hingga sekarang masih dirasakan. Sarana produksi ibarat benih, pupuk, dan obat-obatan terus meningkat harganya sehingga pembiayaan bagi penyediaan sarana produksi dan proses produksi semakin menurun. Hal ini mengakibatkan produktifitas padi semakin menurun dan akan mempengaruhi pendapatan serta kesejahteraan petani.
Pada awal tahun 2010 pemerintah menaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebesar 33,4%. Hal ini mengakibatkan penurunan pendapatan petani. Kenaikan HET pupuk hanya menguntungkan pengusaha pupuk dan distributor-distributor pupuk tetapi tidak menguntungkan petani. Sekarang ini sudah saatnya petani lebih sanggup berdiri diatas kaki sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Pertanian organik merupakan jawaban untuk menciptakan petani menjadi mandiri. Pertanian organik didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan (Anonymous dalam Widodo, 2008).
Pertanian organik dalam pengelolaannya tidak memakai pupuk dan pestisida terbuat dari materi kimia, melainkan dengan memakai materi organik. Pupuk organik sanggup dibentuk sendiri oleh petani dengan biaya yang rendah. Begitu pula dengan sarana produksi organik lainnya. Hal ini akan menurunkan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani, sehingga sanggup meningkatkan pendapatan petani.
Produksi padi organik hingga ketika ini masih belum memenuhi usul pasarnya. Hal tersebut dikarenakan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan pertumbuhan produksi padi organik yang masih lebih lambat dibandingkan pertanian anorganik, sehingga banyak usul akan beras organik, namun persediaan beras organik tersebut masih sedikit di pasaran (Widodo, 2008).
Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang mempunyai areal lahan sawah terluas ketiga di Jawa Barat sesudah Indramayu dan Karawang, sekaligus merupakan penyumbang / kontributor produksi padi terbesar ketiga di Jawa Barat. Luas lahan sawah pada tahun 2010 tercatat seluas 84.929 hektar atau sekitar 41,39% dari total luas wilayah Kabupaten Subang. Sementara jumlah produksi di Kabupaten Subang pada tahun 2010 yaitu 959.533 ton. (www.subang.go.id 2009)
Hal ini membuktikan bahwa Kabupaten Subang merupakan salah satu Kabupaten penghasil padi terbesar di Jawabarat, tapi dari data yang ada masih sedikit yang melaksanakan usahatani padi organik.
B. Perumusan Masalah
Petani padi di wilayah Jawa Barat masih banyak memakai sistem pertanian anorganik. Petani padi anorganik yang masih sangat bergatung pada sarana produksi ibarat penggunaan benih yang tinggi, pupuk kimia pabrik, dan pestisida kimia. Ketergantungan ini mengakibatkan petani anorganik semakin merugi. Hal tersebut dikarenakan setiap tahunnya harga pupuk kimia, dan pestisida kimia. Biaya produksi padi anorganik akan semakin meningkat sehingga mengakibatkan pendapatan petani menjadi menurun. Sarana produksi tersebut sangat membantu petani padi anorganik dalam memperoleh hasil produksi padi yang cepat dan banyak. Permasalahan lainnya kalau petani padi yang mempunyai modal kecil hanya sanggup membeli sarana produksi semampunya, sehingga kualitas produksi padi yang dihasilkan pun menjadi kurang baik.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan pertanianan organik dengan mengubahnya menjadi pertanian organik. Pertanian organik memakai sarana produksi ibarat benih yang dipakai sedikit, pupuk organik, dan pestisida organik. Pertanian organik ini menciptakan petani menjadi sanggup berdiri diatas kaki sendiri alasannya yakni sanggup menciptakan sarana produksi sendiri dengan memakai bahan-bahan organik yang gampang didapat ibarat kotoran ternak dan limbah pertanian sebagai pupuk, serta tumbuhan-tumbuhan sekitar sebagai pestisida nabati. Akibatnya pertanian organik juga sanggup menekan biaya produksi dan petani pun sanggup meningkatkan pendapatannya.
Penelitian dilakukan di Kelompok tani Mekarsari Desa Jati Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang. Kecamatan Cipunagara merupakan pengahasil padi terbesar keempat di Kabupaten Subang sesudah Ciasem, Patokbeusi, dan Compreng. Pada tahun 2009 Kecamatan Cipunagara menghasilkan 66.328 ton padi dengan Luas Panen 11.161 ha. (Subang Dalam Angka 2009).
Terdapat dua jenis pertanian padi di desa tersebut. Pertanian anorganik dan pertanian organik. Pertanian organik di Desa Jati tergabung dalam Kelompok Tani Mekarsari yang dipimpin oleh Suta Suntana dengan luas lahan 70 ha.
Kelompok Tani Mekarsari merupakan salah satu kelompok tani yang ada dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Jati Jaya, berdiri semenjak tahun 1998 di Kampung Talaga 21 M dpl dengan lahan seluas 70 ha. Kelompoktani yang mempunyai anggota sebanyak 76 orang ini memakai sistem pertanian Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan sistem pengairan setengah teknis.
Kegiatan yang dilakukan Mekarsari diantaranya yakni memproduksi dan membuatkan padi organik dengan hasil produksi berupa beras organik semenjak tahun 2005, memproduksi kompos arang sekam, membuatkan Corynebacterium, membangun sentra layanan masyarakat yaitu Klinik Tanaman dan Laboratorium Pengendalian OPT pada tahun 2008, dan melaksanakan perbanyakan Microorganisme Lokal (MOL) dan pestisida nabati.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang sanggup dikaji yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana contoh tanam padi secara organik dan anorganik di Kelompok tani Mekarsari Desa Jati Kecamatan Cipunagara?
2. Bagaimana perbandingan efisiensi usahatani padi organik dengan anorganik dilihat dari sisi biaya produksi dan pendapatan di Kelompok tani Mekarsari Desa Jati Kecamatan Cipunagara?
3. Bagaimana perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan anorganik di Kelompok tani Mekarsari Desa Jati Kecamatan Cipunagara ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mempelajari Pola Tanam dan Anorganik di Kelompok tani Mekarsari Desa Jati Kecamatan Cipunagara.
2. Menganalisis perbandingan efisiensi usahatani padi organik dengan anorganik dilihat dari sisi biaya produksi dan pendapatan di Kelompok tani Mekarsari Desa Jati Kecamatan Cipunagara.
3. Mengetahui perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan anorganik di Kelompok tani Mekarsai Desa Jati Kecamatan Cipunagara.
D. Manfaat Penelitian
Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini dibutuhkan dapat:
1. Memberikan isu kepada petani sebagai pertimbangan dalam upaya meminimumkan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan dari usahatani padi.
2. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai pemanis pengetahuan maupun sebagai isu untuk melaksanakan studi yang relevan di masa mendatang.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelompok tani Mekarsari Desa Jati Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analisis usahatani yang membandingkan efisiensi usahatani padi organik dan anorganik yang dilihat dari sisi biaya produksi dan pendapatan. Data dalam penelitian ini diambil melalui pendekatan survey lapang.
Data-data didapat dari hasil survey lapangan terhadap 15 orang responden anggota kelompok tani Mekarsari yang menerapkan usahatani padi organik dan 15 orang dari responden anggota kelompok tani yang menerapkan usahatani konvensional atau anorganik. Survey dilakukan terhadap input, output, hasil atau penerimaan hingga R/C ratio dari tiap responden dengan usahatani yang dilakukan.
Demikianlah Artikel Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik
Sekianlah artikel Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Pendahuluan : Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Dengan Anorganik dengan alamat link https://sacerdoteamigo.blogspot.com/1989/06/pendahuluan-analisis-perbandingan.html